GITA CINTA DARI SMA, FILMISASI NOVEL


Minggu, 5 Februari 2023 lalu saya mendapat undangan untuk menonton Gala Premierre film “Gita Cinta dari SMA” dari Kang Rosyid E. Abby (Forum Film Bandung). Film yang diangkat dari cerita bersambung (kemudian dijadikan novel) berjudul sama karya Eddy D. Iskandar dibuat versi “remake”-nya. Tahun 2023 ini, film yang akan diputar di bioskop pada 9 Februari 2023 itu, diperankan Oleh Prilly Latuconsina dan Yesaya Abraham. Selain mereka berdua, film ini juga dibintangi oleh Dwi Sasono, Putri Ayudya, Dewi Gita, Unique Priscilla, Arla Ailani, Chantiq Schagerl, Abun Sungkar, dan Fadi Alaydrus

Sebagai seorang yang tidak mengalami masa SMA di akhir tahun 70-an (iya, saya belum lahir saat film berjudul sama dirilis tahun 1979), saya bisa melihat beberapa hal yang masih nyambung dengan kehidupan anak milenial atau gen Z sekarang, terutama tema percintaan remaja. Film orisinal dibintangi Rano Karno (sebagai Galih) dan Yessy Gusman (sebagai Ratna), dua bintang film yang cukup populer pada masanya, sehingga film tersebut juga menjadi film yang legendaris karena kesuksesannya.

Diproduseri Chand Parwez Servia dan Fiaz Servia (Starvision), kali ini film Gita Cinta dari SMA disutradarai Monty Tiwa. Dengan “warna” cerita yang manis, beberapa sudut kota Bandung mampu direkam dengan cantik dalam bidikan kamera, sehingga tampilan gambar terasa memanjakan mata dengan nuansa ceria. Walau saya yakin, tugas manlok –manajer lokasi, yang bertugas meriset, mengidentifikasi, dan mencari lokasi yang dibutuhkan untuk penggarapan film bertema tahun 80-an tersebut tidak mudah. Apalagi bangunan “heritage” di kota Bandung, sudah mulai berkurang atau ditambahi printilan AC, misalnya.

Satu hal lain yang perlu dinikmati juga adalah keberadaan musik sebagai penunjang film. Lagu-lagu dalam film edisi remake ini masih tetap menggunakan lagu yang sama, tapi dinyanyikan oleh musisi baru, dengan penata musik Ricky Lionardi.

Akting para pemain bisa dibilang cukup bagus, terutama pemilihan aktor dan aktris yang cukup mumpuni dan berpengalaman dalam “bermain watak”. Karakter seorang ayah yang tegas (cenderung galak) cukup berhasil diperankan Dwi Sasono. Terutama adegan saat sang ayah memberi tahu Galih untuk menjauhi Ratna, anaknya, karena perbedaan kelas sosial mereka. Sebagai Ratna dalam dunia nyata, pengalaman serupa Ratna dalam film pernah juga saya lewati. Tentu, bagian ini kapan-kapan saya ceritakan. Kalau tidak berubah pikiran.

Kurva emosi selama film berlanjut cukup baik, ada adegan haru ketika Mbak Ayu, adik ayah Ratna yang begitu dekat, harus berpisah karena Ratna dijodohkan dan kuliah di Yogya. Potret cerita yang nyaris selalu ada dalam sebuah keluarga, selalu ada satu tokoh yang berpihak pada pemeran utama. Emosi lain yang mengaduk perasaan penonton adalah ketika Ratna dan Galih memutuskan berpisah dengan berat hati, walau terbersit keinginan Ratna untuk kabur saja. Iya, cinta kadang membikin seseorang menjadi tidak jernih berpikir.

Gala Premierre yang dilangsungkan di studio XXI di Ciwalk, Bandung, adalah yang pertama dilakukan, mengingat penulis cerita dan latar ceritanya berasal dari Bandung. Helatan sore itu menghadirkan beragam generasi, dari usia remaja hingga tua –terutama ibu-bapak yang mengalami periode nonton film orisinalnya. Mayoritas penonton mengenakan busana dengan nuansa era 80-an sesuai “dress code” yang tertera di undangan. Selain diikuti oleh sejumlah undangan yang berasal dari beragam kalangan (pelajar, akademisi, jurnalis, selebgram, artis), juga dihadiri oleh beberapa pemeran dalam film tersebut. Setelah film usai diputar, ramah-tamah pun dilangsungkan untuk memfasilitasi rasa penasaran fans dan penonton yang ingin lebih dekat dengan sang aktor/aktris. Hadir pula Yessy Gusman, pemeran Ratna dalam film tahun 1979. Saat dikonfirmasi tanggapannya tentang kesan dari beberapa orang (terutama generasi “jadul) yang membandingkan saat filmnya dibintangi Yessy, dia menjawab, “Masing-masing punya kelebihannya, pemain sekarang juga bagus. Film itu punya keistimewaan sesuai masanya.”

Film ini layak ditonton bersama keluarga. Sebab isinya tidak melulu drama percintaan, tetapi juga mengusung pesan mengenai persahabatan, dan “parenting”. Bagi saya, menyusun skala prioritas sebagai seorang anak dan orang tua adalah dua hal yang juga perlu digaris bawahi. Selebihnya, film ini ringan dan mudah dicerna, cocok untuk hiburan akhir pekan, jika selera Anda adalah genre film sejenis demikian.

#RAB, 07/02/2023

#rabbercerita #reviuRAB #reviufilm #GitaCintadariSMA

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s